Friday, May 27, 2011

Suami

saya mengira memang saya yang ada di hatinya saat ini, ya Allah, apa yang harus saya lakukan? dia menusuk saya dari belakang. dan rasanya sakit sekali. kinar, ini bunda nak. bunda sayang kinar. kinar cantik, kinar soleh. jangan lupa ama bunda kalau udah gede nanti yah. Ya Allah, semoga dengan menunggu suami saya, semuanya akan baik - baik saja.

Cerita Kinar

Aku penasaran kenapa orang – orang dewasa sering bermain dengan kotak kecilnya, mereka kadang – kadang berbicara dengannya. Siang itu bunda datang ketempatku. Ya, aku memang tidak tinggal dengan ibuku, aku dititipkan pada oma, nenekku. Maka setiap Bunda Libur ia akan datang ke tempat oma yang berjarak satu jam perjalanan. Bunda bekerja sambil kuliah, sedang ayah, dia hanya bekerja saja. Aku sangat jarang melihatnya. Hanya pada ulang tahunku yang pertama kemudian dia pergi setelah itudia datang lagi sekali, lalu tidak pernah datang lagi. Ya, aku adalah Kinar, anak kecil berusia satu tahun tujuh bulan. Aku suka Oma, dia selalu luluh ketika aku menangis meminta minuman rasa buah yang dingin. Dan ketika aku menangis meminta permen, ia selalu memberiku. Tapi Bunda tidak. Ia selalu bilang, “no, no, no!” kalau aku merengek meminta apapun.

Siang itu bunda terlihat aneh, ia bermain terus dengan kotak kecilnya, kadang ia berbicara dengan kotak kecilnya. Aku menangis meminta kotak kecil dan bunda memberikannya, aku tidak mengerti, tapi mungkin ini adalah kotak ajaib yang didalamnya terdapat seseorang, sehingga bunda sering sekali berbicara dengan kotak kecil itu. Aku bermain – main dengan Bunda. Kemudian bunda menangis, Ia menangis! Seperti aku kalau habis terjatuh, hanya saja Bunda menangis Tanpa suara.

“maafin Bunda ya nak.... “ Ujarnya sambil menangis. Ia berusaha memelukku sambil terus meminta maaf. Tapi aku ingin bermain, bunda. Aku belum bisa berbicara bahasa orang dewasa. Maka aku bilang kepada bunda.

“ Bunda ayo main lagi. Jangan menangis. Air mata Bunda keluar terus! Ayo main lagi, Bunda “ kataku pada Bunda, tapi Bunda sepertinya tidak mengerti. ia tetap menangis, kali ini ia menangis hebat, ia menutupi wajahnya dengan bantal.mungkin Bunda Malu jika Uwak mengetahuinya. Iya di rumah ini ada Uwak, laki – laki dan perempuan. Sepertinya ini rumah mereka, karena aku tidak melihat satupun foto Bunda ataupun foto Oma dipajang di rumah ini. Semuanya foto uwa dan orang – orang yang aku tidak pernah lihat. Bunda tetap menangis. Sampai Oma masuk ke kamar. Ia berhenti menangis. Dan akhirnya Oma memeluk Bunda sambil berkata, “ sabar ya nak... sabar... “ aku merasa di cuekin. Maka aku menangis. Supaya mereka berdua memelukku.

Sorenya, aku bermain dengan bunda di halaman. Ia menyuapiku. Menunya hari ini adalah kesukaanku. Mereka menyebutnya sosis. Aku memegang sosis ditanganku, dan Bunda akan menyuapiku dengan nasi yang ada kuahnya, rasanya gurih. Entah kenapa kadang aku tak berselera. Maka kadang – kadang aku memuntahkanya lagi setelah aku mengunyahnya. Jika aku sudah begitu maka Bunda akan bicara banyak...

“ aduh, teteh.. jangan kayak gitu nak... makan dulu.. aa.. aaa... aduh,,, sini, nak! “ hihi, lucu sekali kalu Bunda mengomel. Di halaman ada juga anak kecil yang tinggal dirumah sebelah, namanya Firman. Ia juga sedang makan. Tapi ia makan sambil naik sepeda. Lucu sekali, sepedanya warna biru dan ada hiasan yang jika kita pencet maka ia akan bersuara. Aku ingin punya satu! Aku bilang pada Bunda

“ Bunda! Kinar juga mau naik sepeda! “ aku bilang pada Bunda.

“ Sini nak, ayo aa.. dulu, nih.. aaa “ aduh... Bunda sepertinya tidak mengerti bahasaku! Ya sudah, aku bermain saja dengan sepeda Firman. Karena firman sedang menaikinya, maka aku mendorong – dorong nya dari belakang. Asik sekali!

Malamnya kami nonton tivi sambil makan biskuit. Biskuit adalah kesukaanku. Maka aku makan biskuit bersama Oma dan Bunda. Aku makan sambil berpikir, mana ayah ya? Aku sudah bisa dengan jelas menyebut “ Ayah “ kadang – kadang aku bilang “ Oma “ “ Opa “ “ kakak “ semuanya bisa dengan jelas kusebut. Kadang orang - orang memujiku jika aku menyebutkan nama – nama itu. Oh ya, ayah mana ya? Maka aku memanggil namanya.

“ Ayah! “ panggilku. Aku penasaran apakah ayah akan muncul jika aku memanggilnya, aku rindu ayah. Kadang saking rindunya aku akan minta digendong oleh orang laki – laki yang ada. Aku akan berpikir orang itu adalah ayah. Ayah, aku rindu ayah. Tapi ayah tidak juga muncul. Maka aku terus memanggil namanya sambil mengetuk pintu kamar.

“ Ayah... Ayah!! “ kataku sambil mengetuk pintu. Aku heran, apakah ayah tidak mendengarku? Padahal aku sudah teriak – teriak. Aku memutuskan untuk mencari di ruang tamu, aku memanggil namanya lagi. Ayah tetap tidak muncul. Aku pergi ke dapur. Melihat setiap sudut dapur sambil memanggil – manggil namanya. “ AAAYYYAAAAAHHHH! “ kali ini aku berteriak sekencang – kencangnya. Aku berharap ayah mendengarku. Aku berharap ayah datang dan mengajakku bermain. Biarpun kami sangat lama tidak bertemu. Aku masih sangat ingat wajah ayahku. Aku rindu ayah. Rindu sekali bahkan bau ayahku. Aku masih sangat ingat. Beberapa lama aku menunggu kemunculan ayah. Aku berdiri di dapaur. Bunda menyusulku. Ia menggendongku ke kamar, kemudian ia membuat dot. Setelah memberikan dot kepadaku ia bermain lagi dengan kotak kecilnya. Lalu kotak kecil itu berbicara “ nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan, silahkan coba beberapa saat lagi “ kemudian bunda menangis sambil mengelus punggungku. Apakah kotak kecil itu yang membuatnya menangis?

Kemudian, aku berdoa. Tolong kembalikan ayahku.dimanapun ayah berada. Tolong bisikan di telinganya. “ ayah, aku rindu ayah! Pulanglah! Sekarang aku sudah besar dan bisa menari! Aku bisa melompat da menyanyi! Ayah. Pulanglah! Aku sangat merindukan ayah! “ mungkin Bunda menangis karena ayah tidak ada. Mungkin bunda juga sama rindunya. Aku juga sangat ingin bertemu ayah. Ayah ganteng sekali. Dia juga baik. Dulu, jika ia datang, ia akan membawa mainan, susu dan pampers. Bunda juga sih.. tapi aku lebih suka ayah. Ayah! Pulanglah!

*cerita ini dibuat untuk suami saya yang tujuh bulan tidak datang menengok anaknya. Ayah. Pulanglah. Kami rindu

Thursday, April 14, 2011